Berita


Banjir Rob Pesisir Jakarta

20 October 2024 ROOT Dibaca 10

Jakarta sedang dihadapkan pada fenomena banjir rob atau coastal inundation yang kerap menggenangi wilayah pesisir-nya dan memberikan kerugian materi yang tidak sedikit. Banjir rob mulai terjadi secara signifikan sejak tahun 2007 hingga saat ini. Banjir rob di Jakarta terjadi akibat wilayah Jakarta yang merupakan wilayah pesisir ber-elevasi rendah mengalami penurunan tanah atau land subsidence dan di satu sisi terjadi sea level rise.
        
Land subsidence di Jakarta terjadi dengan laju 1-10 sentimeter per tahun dan bahkan di beberapa tempat sempat mencapai 20 sentimeter per tahun. Sementara itu sea level rise di pesisir Jakarta berdasarkan catatan satelit altimetri berkisar di 6 milimeter per tahun.

Daerah pesisir Jakarta yang mengalami banjir rob di periode 2007 hingga 2012 diantaranya daerah Kamal Muara di pesisir barat Jakarta, kemudian di sebelah timunya terjadi di Tanjungan, Muara Angke, Muara Karang, Pantai Mutiara, Muara Baru, Pasar Ikan, Ancol, Tanjung Priok, Kali Baru dan Marunda. Setelah 2012 dengan dilakukannya upaya tanggap darurat dan mitigasi struktural terhadap banjir rob maka wilayah yang terkena banjir rob menjadi berkurang dan saat ini tersisa hanya di sekitar delapan Lokasi saja

Upaya tanggap darurat dilakukan dengan cara membangun tanggul sementara, kemudian upaya mitigasi struktural dilakukan dengan membangun tanggul yang lebih permanen, melalui program NCICD (National Capital Integrated Coastal Development).  Selain kedua upaya ini, juga direncanakan akan dibuat tanggul laut atau Giant Sea Wall di teluk Jakarta. Rencana ini masih maju mundur dengan melihat dinamika risiko banjir rob serta ketersediaan anggaran. Sejatinya program yang lebih tepat adalah dengan mengendalikan penurunan tanah atau land subsidence nya itu sendiri, karena ketika tanggul dibangun tetap saja tanggulnya ikut turun seiring penurunan tanah dan ada masa banjir robnya akan hadir kembali.

Land subsidence terjadi karena beberapa faktor yaitu kompaksi alamiah pada tanah lunak, efek beban infrastruktur terhadap tanah lunak, efek eksploitasi air tanah, efek tektonik dan beberapa efek lainnya. Faktor yang paling dominan diantara faktor-faktor tersebut adalah faktor efek eksploitasi air tanah. Untuk itu ketika kita ingin mengendalikan laju penurunan tanah maka kita harus mengendalikan eksploitasi air tanah.  Upaya ini tidak mudah karena kebutuhan akan air belum terpenuhi dari sumber lainnya sehingga orang masih berlomba-lomba mengksploitasi air tanah.

Komentar


Komentar dinonaktifkan.